cxhkir.com

Kisah Sancaya Rini, Tetap Produktif di Usia Senja Geluti Bisnis Batik

J99

Jakarta -

Kelompok lanjut usia sering kali mendapat stereotip di masyarakat sebagai orang yang mulai pikun, tidak produktif, atau bahkan kondisi kemampuan berpikir dan fisiknya menurun. Bahkan, saat ini masih ada diskriminasi terhadap usia (ageism) di tengah masyarakat sehingga mengurangi akses mereka terhadap layanan.

Padahal, tak semua orang berusia tua mengalami stereotype-stereotype tersebut. Seperti halnya yang dilakukan salah seorang Mahapuan, Sancaya Rini yang memulai bisnis Kanawida Batik dan Kana Goods menjelang usia lanjut.

Rini bercerita awalnya ia berkeinginan menjadi dosen usai lulus dari Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada tahun 1984. Namun usai menikah, ia memutuskan untuk menjadi ibu rumah tangga.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya waktu itu sebenarnya bercita-cita setelah lulus saya ingin ngajar dan jadi dosen. Sebenarnya sudah diterima juga di UGM, cuma karena saya memutuskan untuk menikah dan mengurus rumah tangga. Saya memutuskan untuk tidak akan bekerja selama anak-anak saya masih membutuhkan saya. Akhirnya mimpi itu terkubur," ungkap Rini dalam acara diskusi 'Redefining Age', yang digelar Perempuan Platinum, Sabtu (1/10/2022).

Baca juga: Punya Banyak Usaha, Ini Tips Berbisnis ala Founder Juragan 99

Seiring berjalannya waktu dan anak-anaknya beranjak dewasa, Rini memutuskan untuk mencari kegiatan baru agar dirinya tetap produktif. Di tahun 2007, ia pun akhirnya menggeluti berbagai les mulai dari batik hingga membuat kue.

"Namun begitu mereka beranjak dewasa, (saya berpikir) sepertinya (mereka) sudah tidak terlalu butuh saya. Akhirnya saya berpikir harus punya kegiatan lain yang bermakna buat diri saya dan anak-anak. Di 2007, akhirnya les jahit, les masak kue, tapi semuanya tidak ada yang berhasil. Kalau bikin kue bantet, kalau jahit nggak rapih," katanya.

Mulai Belajar Membatik di Usia 47 Tahun

Meski dari berbagai les dirinya tak mendapatkan hasil yang baik, hal ini tak menghalangi semangat Rini untuk tetap produktif. Di usia 47 tahun, ia tertarik untuk memulai untuk belajar membuat batik dengan pewarnaan bahan alam. Bahkan, dirinya juga menggandeng anak-anak muda untuk belajar membuat batik bersama.

"Saya bongkar lemari di rumah dan nemu ada banyak batik warisan nenek saya, yang dia bikin sendiri. Akhirnya saya pengin tahu gimana sih caranya bikin batik. Saya ke Museum Tekstil dari Pamulang naik kereta karena saya punya kemauan kuat untuk belajar. Setelah bisa, saya mengajak anak-anak muda usia 15-17 tahun untuk belajar batik untuk nambah wawasan. Waktu dulu tidak kepikiran untuk membuka bisnis," katanya.

Menggeluti Bisnis Batik di Usia Lanjut

Instagram/sancayarini Foto: Instagram/sancayarini

Meski awalnya tak berniat berbisnis batik, Rini pun mencoba menjual batik buatan anak-anak ke kerabat terdekat. Lambat laun, usaha batik miliknya pun berhasil mejeng di berbagai pameran di mall ternama.

"Saya waktu itu memberanikan diri untuk menjual karya mereka ke temen-temen deket, saudara supaya ada modal untuk beli modal bahan waktu. Karena waktu itu modal nekat aja, pakai uang dapur. Dan akhirnya apa yang kita kerjakan mendapat apresiasi, kita bisa jualan di Grand Indonesia, Sarinah karena kita mempunyai keistimewaan di pewarna alam," ungkapnya.

Rini mengatakan pencapaiannya saat ini juga tak lepas dari adaptasi dirinya dengan para anak muda. Menurutnya, bergaul dengan mereka membuat dirinya tetap aktif meski di usia lanjut.

"Saya mencoba untuk ikutan dan bergabung dengan komunitas anak muda, dan ternyata energi yang saya dapat luar biasa. Saya yang tadinya emak-emak bener, akhirnya mengikuti gaya mereka, omongan mereka, tren mereka," ungkapnya.

"Dalam perjalanan waktu, saya justru belajar banyak dari anak-anak muda. Saat pameran, mereka hadir dan memberi feedback yang bagus buat saya. Dengan bergaul dengan yang muda-muda, pikiran saya tidak stuck di situ-situ saja, tapi justru ingin berkembang. Yang paling penting, di usia saya saat ini 63 tahun, otak saya terus aktif," lanjutnya.

Baca juga: Bangun Masjid di Malang, Gilang J99: Dedikasi untuk Mama Tercinta

Senada dengan Rini, Head of Corporate Communications J99 Corp sekaligus Founder Perempuan Platinum, Louisa Tuhatu mengatakan sangat penting bagi perempuan untuk tetap produktif meski di tengah kelanjutusiaan. Melalui, Perempuan Platinum, Louisa mengajak masyarakat, khususnya perempuan untuk tetap semangat dan melihat potensi yang ada di dalam diri.

"Perempuan Platinum mengajak perempuan di atas usia 50 tahun atau kami sebut Mahapuan untuk merangkul usianya dan tidak takut terhadap pertambahan usia, bahwa mereka layak merayakan kehidupan yang sudah dilalui dan tetap produktif," kata Louisa.

Sebagai informasi, acara ini disponsori oleh MS Glow. Diskusi ini digelar bersamaan dengan Hari Orang Tua Internasional sebagai upaya untuk mengajak para Mahapuan dan semua pihak merayakan kehidupan.

Dalam kesempatan tersebut, Louisa selaku Founder Perempuan Platinum juga meluncurkan website perempuanplatinum.id. Website ini diharapkan dapat menjadi barometer informasi bagi para Mahapuan mengenai kesehatan, lifestyle, dan mendapatkan referensi untuk lebih produktif di masa tuanya.

(akn/ega)
j99 corp bisnis batik lansia

Terkini Lainnya

  • Hati-hati, Asal Sebar Video Viral Jasad Lansia Membusuk di Kamar Bisa Picu Stres

  • Curhat Lansia Jepang soal Lonely Death, Dihantui Ketakutan Mati Sendirian

  • Geger Pasutri Lansia Tewas Membusuk, Psikiater Beri Catatan Tak Viralkan Videonya

  • 3 Rahasia Panjang Umur dan Bahagia Orang Jepang, Apa Saja?

  • Lebih dari 10 Juta Warga Korsel Berusia 65 Tahun ke Atas

  • Ribuan TK di China Tutup Kekurangan Murid Imbas Populasi yang Menua

  • Potret Keseruan Lansia Berkumpul Bersama

  • Ratusan Lansia di Aceh Ikuti Operasi Katarak Gratis di Hari Lanjut Usia Nasional

Tautan Sahabat